Yamaha dan Ducati,adalah dua pabrikan yang selalu diidentikkan dengan
perseteruan sengit antara dua pembalap super,Valentino Rossi dan Casey
Stoner.Keduanya adalah sorotan paling menarik dan paling ditunggu kala
sirkus balap motor paling bergengsi Moto GP memulai era mesin 800cc pada
2007.
Tidak bisa dipungkiri,keduanya adalah anggota ras 'Alien' yang
diibaratkan memiliki talenta di atas rata-rata pembalap yang dapat
mengendalikan mesin prototype bertenaga monster dengan harmonis dan
skill yang luarbiasa.
Namun di sudut pandang lain,itu semua tidak lepas dari peran pabrikan tempat mereka bernaung.
Dalam sejarah Moto GP,memang keduanya bukanlah yang paling sukses
sebagai konstruktor yang mensuplai mesin-mesin motor menakjubkan
ini.Honda memiliki rekor kemenangan yang lebih baik.Tetapi,kedua
pabrikan ini adalah yang paling banyak menerapkan teknologi 'tak lazim'
yang jarang dipakai kompetitornya untuk meracik motor balap tangguh.
Ducati selama ini terkenal dengan mesin Desmodromic yang mulai mereka
gunakan sejak era 50an.Sementara Yamaha,mulai 2004,melalui tangan dingin
Masao Furuzawa menerapkan sistem unik Crossplane Cranksaft pada motor
kebanggaannya,YZR M1.Seperti apa sebenarnya 2 teknologi ini bekerja?
Berikut AngkasaPortal merangkum mengenai keduanya.
Desmodromic Engine (Ducati)
Ducati mulai menggunakan sistem ini mulai tahun 1950an,ketika Fabio
Taglioni menemukan sistem buka tutup katup revolusioner ini.Mesin 4
stroke memiliki sistem yang sedikit lebih kompleks,mereka menggunakan
sistem katup untuk mengatur irama letupan bahan bakar pada bilik
pembakaran mesin.Pada mesin konvensional,sistem ini menggunakan pegas
(atau dalam beberapa tipe menggunakan tabung redam pneumatic bertekanan
udara) untuk membuat katup membuka dan menutup sesuai gerakan piston dan
durasi cranksaft.Sistem ini mudah dan efektif,namun memiliki kelemahan
saat putaran mesin mencapai kecepatan tinggi yang mengakibatkan daya
pegas per tidak dapat mengimbangi gerakan piston yang lebih cepat.Hal
seperti ini tidak terjadi pada sistem Desmodromic karena konstruksi buka
tutup katup digerakkan oleh rocker arm atau tuas dinamis yang bergerak
sesuai perputaran cranksaft.Sistem ini sangat sederhana,namun
membutuhkan akurasi konstruksi yang sangat tinggi untuk memastikan mesin
mampu memproduksi daya maksimal.Keuntungan dari sistem ini adalah,buka
tutup katup dapat melayani kecepatan piston sampai batas yang jauh lebih
tinggi karena semakin cepat piston bergerak maka semakin cepat pula
katup memproduksi gaya yang sesuai dan memastikan mesin mampu
memproduksi pembakaran yang maksimal di setiap putaran mesin.
Desmodromic telah mengantarkan Ducati menjadi ikon motor dengan performa
mesin dahsyat dan durabilitas yang sangat tinggi.Tidak hanya di Moto
GP,namun Ducati lebih terlihat superior di World Superbike.Dimana mereka
dengan tangguh mampu mengasapi pabrikan jepang dengan rekor kemenangan
yang belum terkalahkan.Lebih mengherankan mereka melakukannya dengan
mesin 2 silinder dengan konfigurasi L Twin yang secara spesifikasi lebih
inferior dibanding mesin Inline 4 cylinder milik pabrikan jepang.
Berikut adalah gambaran sistem Desmodromic bekerja.
Crossplane Crankshaft (Yamaha)
Sistem lain yang sedang menjadi perbincangan menarik bila mengarah pada
fokus perseteruan Yamaha dan Ducati adalah Crossplane Crankshaft.Tidak
seperti pada Desmodromic yang lebih menekankan pada maksimalisasi katup
don power mesin secara keseluruhan,Yamaha mengadopsi Crossplane
Crankshaft lebih untuk mendapatkan gaya tolak atau torque yang lebih
merata serta redaman yang sangat tinggi pada area Crankshaft atau poros
engkol.Terlihat sederhana,namun atas dasar konsep inilah yang
mengantarkan Valentino Rossi merebut 4 kali juara dunia untuk Yamaha dan
2 kali lainnya melalui pembalap spanyol,Jorge Lorenzo.
Konstruksi seperti ini sejatinya bukan pertama kalinya digunakan pada
mesin pembakaran internal,sebelumnya sistem seperti ini pernah
diaterapkan Cadylac pada muscle car bermesin V8 milik merekap.Crossplane
crankshaft adalah poros engkol dengan desain saling silang atau dengan
kata lain memiliki durasi pengapian 90 derajat.
Hal ini baru pertama diterapkan karena biasanya mesin 4 cylinder
menerapkan pola pengapian 180 drajat sehingga pembakaran dapat terjadi
dengan pola merata dan durasi yang saling bergantian mulai silinder
pertama sampai keempat.Sangat berbeda dengan tipe mesin Crossplane
dimana pembakaran terjadi bergantian antara empat silinder namun dengan
durasi yang tidak merata dikarenakan desain poros engkol yang saling
bersilangan.Tujuan dibuatnya desain seperti ini adalah untuk memberikan
tingkat redaman getaran mesin yang sempurna memanfatkan gaya tolak poros
engkol yang saling bersilangan.Hasilnya,Yamaha M1 mampu melakukan
proses berbelok dan berganti arah dengan sangat stabil dan kontrol yang
maksimal.
Saat pertamakali prototype mesin inlen 4 cylinder dengan crossplane
crankshaft pertama kali diuji coba,test rider membuat pernyataan yang
membuat direktur teknis,Masao Furusawa,menjadi sangat tertegun.Test
rider mengatakan bahwa Yamaha M1 dengan desain baru tersebut terasa
sangat lambat daripada model sebelumnya.
Namun dari data yang dimiliki dalam pencatatan waktu tiap putaran,M1
baru tersebut membuat pencapaian yang lebih baik dibanding model lama.
Hal ini terjadi karena sistem Crossplane ini sangat-sangat lembut dan
jauh lebih halus sehingga rider tidak merasakan efek agresif sehingga
mereka bahkan merasa motor tersebut sangat lambat.
Saat ini,Yamaha adalah satu-satunya pabrikan yang menggunakan
konfigurasi mesin Inline 4 cylinder di Moto GP.Dan saat ini juga adalah
satu-satunya pabrikan yang menerapkan sistem crossplane cranksaft pada
produk flagship produksi masal mereka,Yamaha YZF-R1.
Berikut adalah video official tentang detil sistem CrossPlane Cranksaft oleh Yamaha.
Sumber : http://angkasaportal.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar